Free Image Hosting

6/29/2012

PERKEMBANGAN POLITIK

           Politik sebenarnya secara singkat dapat dikatakan sebagai suatu ilmu untuk memediasi perdamamian lewat negosiasi yang diusung oleh negara-negara demokrasi. Di dalamnya terdapat strategi untuk menciptakan hal-hal yang menjadi tujuan tersebut, dari merasionalkan masalah sampai menyamarkan sesuatu kenyataan buruk hingga menjadi aturan yang dapat dipaksakan menjadi suatu keyakinan. Pada kenyataannya keputusan politik memang banyak berpihak pada ketidakadilan dalam masyarakat tapi ada pula yang justru dapat mewujudkannya menjadi suatu kemajuan nasional.
            Pada awal perjalanan politik sebelum ditemukannya konsep negara-negara dunia masih bersifat kesusastraan dan hanya berkeyakinan secara filosofi. Politik pun berkembang di abad-abad pertengahan yang melahirkan tokoh-tokoh pembukti dalam ilmu pengetahuan dengan penemuan-penemuan yang revolusioner hingga tercetusnya aktor-aktor pada abad 18-19 sebagai pionir yang menjalankan keyakinan, ideologi dan harapan masa mendatang negara mereka masing-masing.
            Tidak ubahnya seorang remaja yang memiliki ketidakstabilan emosi politik dunia berubah menjadi petaka hebat yang membuat moment pada Perang Dunia I dan II. Peristiwa ini pun berakhir lewat perjanjian-perjanjian perdamaian dan hukum kerjasama antara negara-negara yang berkeyakinan kuat. Meski demikian "kolonialisasi" tetap saja dirumuskan sebagai produk politik yang gamblang dibuat oleh negara-negara yang memiliki kekuasaan lebih dari perang dunia. Hingga hari ini rumusan dalam hal penjajahan masih diterapkan, entah mungkin penyebutan katanya saja yang berbeda dalam hal kerjasama yang dapat merugikan.
            Indonesia adalah negara yang berhasil melawan konolialisasi secara terbuka pada tahun 1945, dengan terbacakannya teks proklamasi oleh Soekarno. Beliau adalah salah satu aktor politik pencipta perubahan di negara Indonesia, dengan demikian Proklamasi Indonesia menjadi tonggak pencapaian setelah disepakatinya hari Kebangkitan Nasional tahun 1908 dan Sumpah Pemuda tahun 1928.
            Polemik pun berlanjut setelah Hari Kemerdekaan Indonesia, dengan penolakan proposal politik untuk penjajahan kembali lewat agresi yang memporak-porandakan hampir seluruh negara Indonesia. Ya kita menang! atau mungkin kita menang? dikarenakan kita kalah dalam hal politik yang dapat manggoncang kekompakan bangsa kita, ideologi kita belum seutuhnya kuat bahkan kita hampir menjadi negara yang bermartabat tinggi tapi peristiwa 30 September telah memecahkan lampion keemasan kita.
            Kita mengenal peristiwa Tritura sampai Reformasi yang membawa kita di usia kita yang sekarang. "Dewasanya kita" atau "Remajanya kita" label yang pantas disandarkan negara yang memiliki ketidakstabilan emosi, bangsa yang cepat bermusuhan bahkan tidak segan menikam saudara sedarah seperjuangan akan masa lalu sejarah kita yang kelam. Kita harus bersatu, merangkul dan saling peduli satu sama lain! tidak hanya ada dalam coretan kertas.


Sumber:
Imajinasi dan empis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar